HAJI FURODA 2019

BANYAK JALAN MENUJU KA' BAH

Alhamdulillah, 

Kami sempat di pertemukan dengan orang orang berhaji anti mainstream. Berhaji di luar keumunan kita selama ini. Berhaji di luar jalur reguler atau jalur resmi yang di kelola pemerintah.  

Keberangkatan kami super kilat, diluar keumuman (menurut mereka),  sempat ada saudara yang nyeletuk  ; haji kalian ini kira2 diterima Allah apa nggak ya..Kok nggak ada manasik, ndak ada mas'ul /pimpinan nya, nggak pakai ini itu, mosok seminggu daftar haji langsung berangkat  

Hehe, Bismillah..doakan semoga di terima ibadah haji kami ya Pakde. Mendapatkan pahala dan mendapat  ampunan dari NYA dan predikat mabrur.., aamiinn..

Ini beberapa kisah teman seperjalanan kami , yang datang memenuhi panggilanNya dengan berbagai cara : 

1. Berhaji dengan Visa Furoda.

Informasi tentang haji furoda ternyata masih terbatas. Jamaah yang kami temui biasa nya nggak tau kalau mereka pakai visa haji furoda. Haji Furoda menjadi pilihan karena tanpa antri, visanya resmi ,kuota Kerajaan Arab Saudi tidak mengambil kuota haji reguler. Semua langsung berurusan dengan kepanitiaan haji di KSA.(Kingdom of Saudi Arabia) Diluar kepanitiaan haji Indonesia. Tidak ada daftar ke Kemenag, langsung mengurus visa ke kedutaan. 

Di lapangan yang kami temui, tahunya mereka adalah haji plus. Padahal visa mereka visa furoda..Karena visa furoda servisnya hampir sama dengan haji plus. Bedanya, kalau haji plus tetap melalui antrian 5-6 Tahun dan melalui Panitia haji Indonesia. , Kalau furoda tanpa pakai antri, urusannya langsung ke kepanitiaan haji Arab saudi.  

Saat kami di Mekkah sini ketemu dengan banyak jamaah dari berbagai kota yang memakai visa furoda dengan harga berbeda beda. Dan itu yang membedakan fasilitas dari hotel, makanan dan fasilitas lainnya. 

Saat kami menunggu keberangkatan di bandara Internasional Soekarno Hatta sangat ramai.  Banyak jamaah yang berangkat bersamaan dengan rombongan kami.

Di lihat dari printilan yang di pakai masing masing jamaah sudah terlihat mereka salah rombongan jamaah haji. Kalau bukan furoda pasti haji plus. Kalau haji reguler sudah ada " gate " khusus dan infonya kloter dari Indonesia terakhir berangkat hari Sabtu.Sedangkan kami selang sehari,  hari Minggunya. 

Berseragam batik mahal, pake slayer kembaran, tas travel sama warna, tag name tergantung di leher, tas tenteng nya pun sewarna. Eye cathing sangat deh penampilan mereka .

Suer, siapa pun yang liat tampilan kami akan sedih. Kontras banget tampilan kami dengan mereka. Kami ber empat tak pakai seragam, saya pakai gamis hitam, suami pake baju coklat lengan panjang, teman juga sama nggak ada yang pake kembaran. Travel bag tanpa ada tulisan apa apa. Polos. 

Mungkin itu juga yang di rasakan orangtua kami dan kerabat yang sempat mengantar sampai bandara. Sediiihh liat wajah mereka. Sepertinya mereka nggak yakin kami pergi haji dengan melihat penampilan kami yg kayak mau plesiran ke BromoπŸ˜…πŸ˜…. 

Mereka khawatir kami terlantar atau gagal berangkat. Kami maklum banget. Sangat2 maklum. Dan itu yang kami khawatirkan dari awal keberangkatan. Bukan kami takut terlantar atau di pulangkan, insyaallah kami yakin bisa berhaji. Tapi meyakinkan keluarga ini lho. Rasa nya gak cukup pakai ribuan kata kata. Tapi harus ada bukti nyata. Salah satu nya yaa penampilan kami amat tidak meyakinkan sebagai tamu Alloh seperti lainnya. Maafkan kami ya Pak, Mak..πŸ˜”πŸ˜”

Maka nya, saat kami sudah mendarat , lolos imigrasi dengan pakai baju ihram, langsung kirim foto ke keluarga. Alhamdulillah, jawaban penuh kelegaan kami terima dari mereka. Legaaa..Dan kamipun semakin mantap melangkah menuju Mekkah.

Banyak saudara saudara kita dari Malaysia, Thailand, Brunei, yang memakai visa haji furoda..

Di Mina kami banyak ketemu saudara sesama haji furoda.. Di Mina kami bertetangga tenda dengan mbak Dewi Sandra, ngantri mandi barengan Edis Adelia..Mereka pakai visa furoda tanpa fasilitas plus plus plus.Sama dengan kami. Fasilitas tendanya sama, kamar mandinya sama,antri berpamas panas sama sama.. Catering sama, menu juga sama. 

masyaAllah..

2..Berhaji dengan Visa Non haji.

Untuk bisa masuk Arab Saudi banyak ijin tinggal (visa)  yang bisa kita request. Misal ; visa belajar, visa bisnis, visa umroh, atau visa ziarah. Visa Ziarah atau biasa di sebut visa kunjungan ini sering di pakai masuk ke Arab saudi. Salah satu visa yang di salah gunakan saat musim haji. Ijinnya dia hanya berkunjung, tidak boleh dipakai untuk berhaji. Haji ada sendiri visa nya. Sama juga kalau ada wisatawan luar negeri ke Indonesia pake ijin wisata. Eh, malah nebeng jadi artis. Harisnya visa nya bukan wisata, tapi visa berkerja.

Setiap visa berbeda kegunaan juga berbeda lama tinggalnya. 

Kalau visa ziarah mau dipake untuk haji ada juga yang 'selamat ' alias lancar jaya. 

Salah satu nya pas kami mabit di tenda Mina, ketemu dengan seorang ustadz muda asal Sulawesi, ustadz Zainuddin nama nya. Familiar dipanggil ustadz Zain.Dia lagi ambil S2 di Arab Saudi semester akhir. Beliau ditunjuk sebuah biro perjalanan haji dan umroh untuk mendampingi jjamaah dari biro/agen tsb selama di Arab Saudi.

Beliau cerita tentang jamaah haji dari Sulawesi,  1 bus semua nya pake visa Ziarah, sukses sampai selesai prosesi haji dan gak ketangkap petugas / askar . Lancar tanpa kendala. Tapi memang beliau gak menyarankan pake visa itu. Harus kucing kucingan sama petugas. Biro / Agency visa ziarah biasa nya  sudah tahu seluk beluk jalan jalan yang tidak di jaga petugas, menghindari tempat2 rame dan pandai mencari jalan tikus. Harus punya link sopir/ bus yang udah hafal jalan tikus dan kondisi di Mekkah. Untung untungan lah , kata ustadz Zain. 

Tak sedikit juga yang tertangkap petugas yg akhirnya masuk penjara atau gagal berhaji. Apalagi polisi di sini tak ada muka manis nya kalau ketemu para pendatang ilegal, ustadz Zain menegaskan. 

Maka nya Kalau saya sih tidak menyarankan untuk pakai visa ziarah, pesan ustadz Zain. Apalagi perjalanan haji baru kali pertama dan kita punya keterbatasan bahasa. Mending dengan cara yg aman aja,  pake visa haji aja. Lebih tenang kita beribadah..itu sedikit pengalaman dari ustadz Zain. 

3. Haji Real Backpaker

Lain lagi cerita seorang ustadz teman kami semasa di Berau. Beliau sudah lama pindah ke Malaysia sebagai dosen.  Alhamdulillah kami ketemu al ustadz Asmuliadi Lubis beserta istri di emperan masjidil haram di gate Marwah. MasyaAllah, ketemuan yg tidak di sangka sangka. 

Beliau berdua berangkat dari malaysia dengan visa haji jatah kampus tempat mengajar. Awalnya ust  Asmuliadi dan istri di sarankan pakai jasa travel/biro perjalanan.Tapi atas saran seorang teman beliau, tak apa jalan sendiri tanpa agency.  Toh sudah ada visa haji nya,. Berbekal lulusan S3 dari Timur Tengah tak ada kesusahan dalam bahasa. Makin mudah perjalanan kalian,  saran teman ustadz Asmuliadi. 

Alhamdulillah, melewati imigrasi tanoa masalah. Karena hotel yang dekat Masjid sudah full, belaiu mendapat kan tempat menginap di apartemen. Agak jauh dari masjid. Tak apa, hanya untuk transit saja. Selanjutnya menghubungi salah seorang temannya yang di Mekkah minta tolong dicarikan kendaraan untuk nanti nya ke Arofah , Muzdalifah dan Mina. Dapatlah rombongan bus sesama jamaah haji backpaker asal dari Medan.Dan alhamdulillah prosesi haji beliau berdua berjalan lancar tanpa kendala apapun. Inspiratif..

Sewaktu masih di hotel transit , kami juga ketemu beberapa ustadz yang berhaji dengan visa haji 'hadiah' dari kampus/yayasan mereka. Urusan akomodasi menjadi tanggung jawab mereka masing masing. Dari cari hotel, kendaraan, booking tenda Mina, semua diurus sendiri. Bagi beliau yang sudah fasih bahasa Arab sih no problem..Jangan coba coba bagi yang baru bisa mengucap assalamualaikum ,  afwan dan  syukron , 

Hotel transit kami hotel bintang tiga, penuh oleh jamaah dari Indonesia. Mayoritas haji furoda. Hotel kami terdapat musholla di lantai dasar yang lumayan bisa menampung 100an jamaah..Setiap sholat wajib selalu penuh. Tiap bakda subuh diisi tausiyah, bakda dhuha diisi manasik. Disinilah kami mendapatkan ilmu tentang rukun haji. Hal Hal yang belum kami dapatkan sebelum keberangkatan kami. 

Alhamdulillah, 5 hari diisi banyak ilmu dari berbagai guru. Di musholla itu juga kami ketemu dan sharing banyak hal dengan seorang ustaz kontroversial (menurut pengakuan belaiu) asal Aceh, yang punya ribuan subscriber, ust. Farhan Abu Furaihan.. Semakin banyak ilmu dari berbagai guru semakin menambah wawasan,  dan menjadi bahan diskusi. Membuka fikiran bahwa beda itu biasa. 

Saat kita di masjid Al Haram akan banyak kita jumpai saudara kita dari India, Bangladesh, Afrika,dan beberapa negara muslim berkembang lainnya. Jangan dibayangkan mereka berseragam atau kembaran baju seperti jamaah negara lainnya, mereka tidak juga tidur di hotel dan pakai travel bag yang  beroda. Mereka tidur di emperan emperan masjid dan toko, menumpang cuci baju dan mandi di MCK yang disediakan masjid , makan seadanya dengan lauk yang seadanya pula. Untuk masalah makanan, insyaAllah tidak khawatir kelaparan, karena setiap saat selalu ada para dermawan membagi bagi makanan. Entah kurma, roti, buah dan cemilan lainnya.   

Antara sedih dan haru. Sedih melihat kondisi mereka yang sangat sederhana, dan terkadang menjadi permasalahan bagi petugas /askar.. Tapi juga terselip haru dengan semangat mereka menyempurnakan rukun islam nya walau  dengan segala keterbatasan. 

Alhamdulillah, semakin banyak dipertemukan dengan orang orang hebat, semakin banyak cerita berharga yang kami dapat. Banyak pelajaran dari pengalaman mereka. 

Benar kata orang, pengalaman adalah guru yang terbaik. Tak harus kita sendiri yang mengalami nya, tapi dengan pengalaman orang lain kita bisa banyak belajar. Agar bisa berhasil seperti mereka ataupun jangan sampai mengalami kegagalan serupa seperti mereka.

Banyak jalan menuju Ka'bah...

Segala ikhtiar selalu kita iringi dengan doa agar lurus niat kita, mulus perjalanan kita, Aaamiinn...

Gambar : Nyomot diinternet


Komentar

Postingan Populer