MELINTASI TEMANGGUNG

Keluar Hotel Patra Jasa Semarang sekitar jam 10.00 wib. Langsung saja kami meluncur menuju tol. Jalanan menuju Wonosobo sekarang dan 15 tahun yang lalu berbeda. Tidak bisa mengandalkan feeling dan ingatan suami. Salah satu nya bantuan google maps. Semarang - Wonosobo arah yang kami tuju.
Ini juga perjalanan saya yang pertama kali di wilayah eks karesidenan Kedu. Dari kecil sangat familiar dengan nama Kedu. Langsung ingat dengan tembakau. Bagi saya Kedu identik dengan tembakau. Dan baru tahu kalau Kedu itu adalah nama sebuah kecamatan di Temanggung yang merupakan penghasil tembakau terbaik di Jawa Tengah.. Ya Allah, tanda tanya dari jaman kecil baru terjawab di usia 43..kasiaaannn...Saya kira Kedu itu sebuah kabupaten. Ternyata nama sebuah kecamatan di Temanggung. Mungkin hampir mirip dengan Purwodadi dan Grobogan ya. Awal nya bingung antara kabupaten Purwodadi atau kabupaten Grobogan.
Ternyata kami harus melintasi Kabupaten Temanggung sebelum sampai ke Wonosobo. Baru pertama kali ini. Biasa nya saya pasti sangat menikmati di setiap perjalanan yang mana tempat tersebut masih asing dan baru pertamakali saya ke situ. Sayang kalau saya lewatkan dengan tidur atau main hp.
Dan memang Temanggung asri adem. Enak sebagai tujuan wisata. Ini mungkin karena Temanggung di kelilingi 2 gunung besar ya.

Benar adanya kalau tembakau Kedu sangat lah terkenal. Sepanjang perjalanan kanan dan kiri saya adalah perkebunan tembakau. Dari yang masih level benih sampai ada yang sudah siap panen. Dan ini lah sarana belajar nya anak anak. Agak kelabakan juga kalau pertanyaan anak anak kritis. Kalau memang riokok mengganggu kesehatan kenapa ada kebun dan pabrik rokok nya?Tweng tweng...nggak nyangka akan dapat pertanyaan kek gini.Banyak pertanyaan mereka . Sepanjang jalan apa yang di lihat pasti jadi diskusi menarik di dalam mobil.
Di sepanjang jalan banyak juga kami temui kios kios kecil yang pasang spanduk menjual tembakau bermacam jenis. Juga perlengkapan rokok lainnya. Karena sekarang mulai menjamur komunitas anak muda yang merokok a la tingwe. Konsumsi merokok dengan ngelinting atau membuat rokok sendiri. Bukan bikinan pabrik. Biasa nya ada 3 komponen utama. Papir kalai simbah dan tetangga ku nyebut. Padahal itu sebetulnya adalah kata serapan dari bahasa Inggris paper /kertas. Tembakau sama cengkeh yang sudah di rajang pula. Walau gempuran rokok pabrik begitu gencar tapi penikmat rokok tingwe masih ada. Sehingga permintaan tembakau secara eceran pun masih ada. Kalau mau meracik rokok biasanya harus ada tembakau, papir dan cengkih. Kami dulu suka banget jilatin kertas papirnya. Manis hehehe.. Ndak tau juga sih kenapa kertasnya begitu manis. Gak tau juga dicampurin apa.

Ini nih kekayaan yang selalu di gembol mbah kakung kemana mana. Seperangkat bahan rokok tingwe. Tembakau, papir dan cengkeh.


Temanggung yang dingin sangat potensial menjadi tempat hidup nya tumbuhan semacam tembakau dan teh. Subur.Tembakau Kedu atau temanggung terkenal enak dan mahal. Jenis tembakau juga banyak ternyata. Walau di lihat sekilas sama bentuk daunnya ternyata beda rasa saat sudah menjadi rokok. Saya sih tahu nya cuman 2 macam, Tembakau kedu dan Tembakau Jawa.Kalau tembakau jawa tekstur nya lebih kering, rajangannya halus, sampai sampai kadang banyak sisa sisa tembakau yang tercecer saking halus hasil rajangannya. Baunya tidak terlalu menyengat, bahkan saat di bakar sekalipun.Sedangkan tembakau Kedu ini lebih glossy, lengket, serat nya kasar dan cenderung menggumpal. Kadang harus di urai denagn sedikit di tarik agar terpisah pisah dan mudah untuk di kemas kecil kecil. Saat di bakar tembakau Kedu ini bau nya lebih menyengat,sangat menyengat. Asap nya banyak dan tebal.Sewaktu masih mentah bentuk tembakau saja sangat menyengat baunya. Apalagi saat di bakar. Penuh itu asap memenuhi ruangan Simbah simbah kakung menyebut nya "tembakau mangkel ". Tembakau yang rasa nya mantap, kental rasa tembakau nya, haish embuh gimana mendeskripsikannya. Lha saya nggak pernah merokok je hehehe..Tembakau Kedu ini agak mahal di banding tembakau jawa, tapi memang favourit nya simbah simbah kakung (Kakek kakek).

Memasuki kota Temanggung ternyata sudah menjelang maghrib. Sepakat kami cari masjid untuk sholat dan istirahat. Masjid Besar Kota Temanggung menjadi tujuan utama kami. Letaknya ada di alun alun kota. Kami pun sholat maghrib sekalian jamak sholat isya. Selesai sholat mencari tempat makan. Keliling sebentar, ada bebek goreng Pak Slamet. Singgahlah kami di situ. Sambil menanti pesanan datang, kami diskusi untuk perjalanan selanjutnya. Ternyata paksu punya ide untuk nginap aja.Capek. ok deh..Selesai makan malam kami tanya tanya hotel terdekat. Banyak pilihan. Dan pilihan kami di Hotel Aliyana Temanggung.
Gantian doong mencet mencetnya..
Kali pertama masuk ke parkiran hotel, kesannya agak gimanaa gitu. Soale waktu ke situ udah malam banget jam 22.00 wita gitu. Lampu parkiran remang remang dan redup gitu. Setelah di drop di teras hotel keliatan tampilan luarnya. Kami di sambut dengan piano merk Yamaha di depan pitu masuk. Anaka anak langsung mencet mencet itu piano. Wah lumayan, pengenalan alat musik ke anak. Si Bapak lagi nyari resepsionist hotel yang entah lagi dimana, aku nya mendampingi aanak lagi main piano. Sakkarepe kae mereka mencet. Otomatis berisiknya minta ampun. Kehadiran emaknya mesti harus ada sebagai pereda kebisingan.
Kegirangan liat mainan baru


Ada juga seperangkat gamelan di tengah lobby hotel. Seperangkat gamelan jawa entah lah dia pelog atau slendro. Taunya sih gamelannya lengkap dari yang gong gede, bonang, saron, sampe slenthem nya. Eh gak ada ding gambang sama sulingnya. Anak anakpun aku bagi dua, ada yang di piano dan ada yang di gamelan. Alat musik tradisonal dan modern. Satu lagi pembelajaran langsung mengenai alat musik ke anak anak. Tidak hanya gambar tapi langsung megang , mukul dan dengerin suaranya. Walau harus tebal muka di liatin sinis sama satpam dan mbak resepsionistnya. Berisik..Maaf ya Pak, mbak..


Ini apaan mii..

Mumpung nggak ada orang, ayoo kita main..

Alhamdulillah.. dapat 2 kamar yang conecting door. Kami diantar naik ke lantai 2. Sepanjang lorong menuju ke kamar kami banyak patung patung klasik, wayang dan lukisan di dinding. Tetep, dengan lampu yang redup dan remang remang bikin anak anak nggak mau jauh jauh dari tangan emaknya. Takut , bisik mereka.Dapat 2 kamar di pojok , kecil dan sempit. Tak apalah, yang penting bisa dipake tidur. Besok harus fit jangan kurang tidur. Perjalanan masih jauh..
Emakpun nggak mau kalah dengan anak anak. Pencitraan saat anak anak masih sarapan.



Komentar

Postingan Populer